Sabtu, 11 Februari 2012
Alkisah di negeri
tiongkok kuno, tinggallah seorang ayah yang sangat bijaksana, beserta anak
lelakinya disuatu desa yang damai. Sang ayah sangat menyayangi anak lelaki,
namun dalam mendidik anaknya sang ayah tidak pernah memarahinya ataupun
menggunakan kekerasan.
Pada suatu hari, sang
ayah mengajak sang anak ke kota untuk membeli kuda. Mereka pun menumpang kereta
kuda dari desa ke kota, karena jarak antar desa ke kota sangat jauh, tanpa
merasa lelah, dan sang anak sangat senang karena baru kali ini lah dia menuju
ke kota.
Sesampainya di kota,
sang anak yang begitu gembira terus melihat sekeliling kota, dia menoleh ke
kiri dan ke kanan, dan tanpa disadari, dia melihat ada pertunjukkan drama di
tengah kota, dan timbullah niat untuk menonton pertunjukkan tersebut. Dia pun
memisahkan diri dari ayahnya yang berjalan didepannya menuju ke pasar kota.
Hari sudah semakin
siang, sang ayah terlihat panik mencari sang anak kesana kemari, setelah
mengetahui anaknya tidak ada dibelakangnya. Dia begitu gelisah, semua liku
pasar di kota tersebut pun di laluinya demi mencari anak kesayangannya itu.
Akhirnya, dalam kebingungannya, dia duduk disebuah taman kota didekat pasar,
dengan pandangan kosong. Tanpa disadarinya sang anak yang telah menonton
pertunjukkan drama pun menghampiri ayahnya. Melihat anaknya datang sang ayah
begitu gembira dan berkata :
“Darimana kamu dari
tadi nak, ayah menelusuri seluruh pasar ini tapi tidak menemuhi mu”
“Saya mengikuti ayah dari belakang, namun karena ayah begitu cepat jalannya, saya pun tertinggal dan tersesat ayah” Kata anaknya berbohong
“Saya mengikuti ayah dari belakang, namun karena ayah begitu cepat jalannya, saya pun tertinggal dan tersesat ayah” Kata anaknya berbohong
Sang ayah yang
mengetahui anaknya bohong, pun tersenyum dan berkata :
“Baiklah, aku sebagai ayah tidak mampu menjaga mu, bahkan sampai kamu tersesat, mari kita pulang ke rumah, hari sudah semakin sore. Kamu naikilah kuda yang baru ayah beli, ayah akan berjalan kaki untuk merenungi kesalahan ayah”
“Baiklah, aku sebagai ayah tidak mampu menjaga mu, bahkan sampai kamu tersesat, mari kita pulang ke rumah, hari sudah semakin sore. Kamu naikilah kuda yang baru ayah beli, ayah akan berjalan kaki untuk merenungi kesalahan ayah”
Sang anak yang begitu
terkejut mendengar jawab sang ayah, bermaksud ingin bicara, namun ayahnya telah
berjalan kedepan menuju ke rumahnya didesa. Dalam penyesalannya sang anak
melihat sang ayah yang berjalan penuh peluh di mukanya, terus berjalan menuju
kedesa, untuk menemani ayah, sang anak memperlambat laju kuda yang
dikendarainya.
Berjam-jam sang ayah
berjalan menuju ke desa, dan dengan penuh isak tanggis sang anak pun turun dari
kuda, dan menuntun ayahnya untuk menaikki kuda, sambil berkata:
“Saya tahu saya salah, saya telah berbohong, tolong jangan siksa diri ayah lagi, naik lah ke atas kuda ayah”
“Saya tahu saya salah, saya telah berbohong, tolong jangan siksa diri ayah lagi, naik lah ke atas kuda ayah”
Ayah tersenyum sambil
memeluk anak kesayangannya itu.
~Kekerasan tidak bisa dihadapin dengan
kekerasan, namun kekerasaan harus dihadapin dengan kelembutan, pepatah yang
sangat menarik, mencerminkan pribadi sang ayah dalam cerita diatas, dalam
mendidik anak dipenuhi oleh kasih sayang, mendidik tanpa kekerasan, sungguh
suatu kebijakkan yang patuh kita contoh. Andai saja kita mampu menirunya, tentu
dunia ini akan dipenuhi kebahagiaan~
Label:
Kisah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
About Me
- infoku.blogspot.com
- ayo menjadi lebih cerdas
0 komentar: